Kayak Gimana Sieh Saya Waktu SD? [3-END]


Perjalanan masa kecil saya yang sesungguhnya dimulai dari sini. Saya melanjutkan sekolah dasar saya di SDN 1 Bojong Gede, saat kelas tiga. Sekolah tersebut bersebelahan dengan Pasar Pagi. Tiap pagi, kalau saya masih punya banyak waktu, biasanya saya jalan kaki untuk menghemat uang jajan. Jujur saja, dibandingkan teman-teman yang lain, uang jajan saya per hari termasuk paling sedikit, hanya sebesar Rp 500,-, yang notabene, sama sekali tidak cukup untuk naik angkot pulang ke rumah. Bayangkan saja, untuk sampai ke sekolah, setidaknya saya harus naik angkot 2 kali. Tarif angkot dari rumah ke stasiun sebesar Rp 200,- dan tarif dari stasiun ke sekolah adalah Rp 250,-. Kalau abang supir angkotnya punya kembalian, artinya saya masih megang 50 rupiah, tapi sering kali dia gak punya kembalian, jadi saya cuma gigit jari. Oleh karena itu, saya lebih memilih naik angkot sampai stasiun saja, agar bisa hemat dan tidak kelaparan di sekolah. Lanjutkan membaca “Kayak Gimana Sieh Saya Waktu SD? [3-END]”

Ini Dia! 5 Aktivitas Mujarab Mengobati Otak Mampet


Bagi seorang seniman, otak mampet dan gak mau diajak kerjasama merupakan salah satu musuh terbesar setelah gak punya waktu luang. Kalau mau diperdalam, otak mampet hanya merupakan alasan yang mengada-ngada. Karena, sejatinya sebuah ide, baik yang brilian maupun “kacangan”, tetap bisa menginspirasi siapa saja. Bagi anda, mungkin ide yang anda miliki sekarang merupakan kekonyolan atau tidak bernilai. Lain ceritanya, jika ide tersebut jatuh ke tangan orang yang kreatif dan mau berusaha, hasilnya akan luar biasa. Namun, entah kenapa, ada saja orang yang bersikukuh gak bisa berkarya karena belum terima wangsit dari mbah jin, penghuni lereng Gunung Merapi. Berikut ini adalah 5 aktivitas mujarab untuk menyegarkan otak anda ala Mew da Vinci: Lanjutkan membaca “Ini Dia! 5 Aktivitas Mujarab Mengobati Otak Mampet”